QADARIYYAH DAN JABARIYYAH (ALIRAN ILMU KALAM)

PENDAHULUAN

Dalam sejarah islam tercatat adanya kelompok-kelompok keagamaan yang satu dan yang lainnya memiliki paham yang sulit di persatukan. Hal ini sudah menjadi  fakta sejarah yang tidak bisa di ubah lagi, dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang tercatat dalam kitab-kitab agama, terutama dalam kitab-kitab ushuludin , di dalamnya terdapat berbedaan yang tampak melalui pedebatan masalah kalam yang melahirkan aliran-aliran ilmu kalam  seperti Syi'ah, Khawarij, Mu'tazilah, Qadariyah, Jabariyah, Alhlus Sunnah wal Jama'ah (Sunni) , dan lainnya.
Ada beberapa hadis yang menerangkan keberadaan aliran-aliran  yang berselisih paham dalam lingkungan umat islam. Salah satunya ialah: "Sesungguhnya orang yang hidup (lama) sesudahku diantara kamu, niscaya ia akan melihat perselisihan paham yang banyak. Ketika itu pegang teguhlah Sunnahku dan Sunnah khalifah Rasyidin yang di beri hidayah. Pegang teguhlah itu dan genggamlah dengan erat". ( H.R Abu Dawud juz 4 hlm. 201).

                                                                     PEMBAHASAN
                                         https://harakahislamiyah.com/konsultasi?page=19
Nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskan nya melakukan sesuatu. Dalam bahasa Inggris, Jabariyah disebut  "Fatalisme", yaitu faham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah di tentukan dari semula oleh qadha dan qadar Tuhan. Imam Al-Syahrasytani memaknai Al-Jabr dengan "Nafy al-fi'il haqiqatan 'an al-abdi wa idhafhatihi ila al-Rabb".( Menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan perbuatan kepada Allah SWT). Jabariyah dan juga Qadariyah adalah aliran Ilmu Kalam yang kemunculan nya terkait dengan perbuatan manusia dan perbuatan Tuhan. Dalam hal ini, Tuhan Yang Maha Kuasa, Pencipta alam semesta tentunya mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Persoalannya, sampai dimanakah manusia bergantung kepada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya. apakah manusia diberi kebebasan untuk mengatur hidupnya, atau manusia terikat pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan? Persoalan inilah yang memuncul lahirnya aliran Jabariyah dan Qadariyah.
Faham Jabariyah pertama kali diperkenalkan oleh Ja'ad bin Dirham. Kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari Khurasan.Menurut Al-Syahrasytani (479-584 h), aliran Jabariyah dapat di kelompok kan menjadi dua bagian, kelompok esktrem (al-Jabariyah al-Khalishah) moderat (al-Jabariyah al-Mutawasshitah).

Tokoh Jabariyyah                                                                                                                                        
1. Ja'ad bin Dirham adalah guru dari Jahm bin Shafwan yang kepadanya dinisbatkan kelompok Jahmiyyah. Akhir hayatnya Ja'ad bin Dirham mati dibunuh, konon ia disembelih langsung oleh Khalid bin Abdullah al-Qasri, gubernur Iraq pada masa pemerintahan Bani Umayyah, pada saat hari raya idul Adha. Konon selesai Shalat 'id Adha, al-Qasri berkhutbah dan mengatakan, " wahai sekalian manusia, pulanglah kalian lalu sembelihlah binatang qurban, semoga Allah menerima ibadah qurban kami dan kalian. Saya akan menyembelih Ja'ad bin Dirham, karena dia mengatakan bahwa Allah tidak mengambil Nabi Ibrahim sebagai Khalil dan tidak berbicara kepada Nabi Musa. Maha Tinggi Allah SWT. Atas apa yang dikatakan Ja'ad bin Dirham." Lalu beliau turun dan menyembelih Ja'ad yang Dirham.
  •   Al-Qur'an itu adalah makhluk dan karenanya Al-Qur'an adalah baru ( hadist). Sesuatu yang baru itu tidak dapat di tafsirkan kepada Allah.
  •  Allah tidak mempunyai sifat serupa dengan makhluk seperti, berbicara, melihat, dan mendengar. Tuhan juga tidak berbicara kepada Nabi Musa dan tidak menjadi kan Nabi Ibrahim sebagai Khalil (kekasih).
  • Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.


2. Jahm bin Shafwan  
  •    Manusia tidak mampu berbuat apa apa, ia tidak mempunyai daya, kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Manusia dalam perbuatannya dipaksa, tidak ada kekuasaan, kemauan dan tidak pilihan baginya. Perbuatan diciptakan Tuhan di dalam diri manusia, seperti gerak yang di ciptakan Tuhan dalam benda benda mati. Oleh karenanya, manusia dikatakan"berbuat" dalam arti kiasan. Segala perbuatan manusia merupakan perbuatan atas dirinya, termasuk dalam pelaksanaan kewajiban (taklif), menerima pahala dan siksaan.
  •  Surga dan neraka tidak kekal ( al-Jannah wa al-Nar tabidan wa tafniyan)
  •  Iman adalah ma'rifat atau membenarkan dalam hati, dan kufur adalah tidak tahu tentang Tuhan, dalam hal ini pendapatannya sama dengan konsep iman yang di ajukan kaum murji'ah.
  • Kalam Tuhan adalah makhluk. Pendapat Jahm tentang Kalam Allah bahwa Allah tidak ber-Kalam adalah sama dengan pendapat yang dianut oleh kaum Qadariyah.
  •  Allah tidak disifati dengan sifat makhluk. Allah tidak disifati dengan sifat hidup dan tahu. Allah hanya disifati dengan sifat Maha Kuasa, Berbuat, dan Mencipta. Segala sesuatu selain Allah tidak disifati dengan sifat Kuasa (qudrah), berbuat dan mencipta.



                                     
                               https://harakahislamiyah.com/konsultasi/golongan-qadariyah


Qodariyah berasal dari kata bahasa arab "qadara" yang mempunyai beberapa arti yaitu kuasa ataupun memuliakan, mulia, ketentuan atau ukuran dan menyempitkan. Menurut istilah Qodariyah adalah kelompok yang menolak qadar (ketetapan Allah). Yakni kelompok yang tidak percaya adanya ketetapan Tuhan terhadap segala urusan atau perkara. Menurut Harun Nasution kemunculan qadariyah erat kaitannya dengan masalah perbuatan manusia bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Berebeda dengan Jabariyah aliran ini berpendapat bahwa tiap tiap orang adalah pencipta segala sesuatu perbuatannya ia dapat berbuat sesuatu dan meninggalkannya atas kehendaknya sendiri Menurut Ibnu Taimiyah mengemukakan sejarah timbul paham ini, Qadariyah  muncul sebelum mucul paham Jabariyah. Paham Qadariyah muncul pada priode terakhir sahabat yaitu ketika timbul perdebatan tentang  qadar atau ketetapan Tuhan . Terkait penolakan terhadap qadar ini para ulama salaf dan para imam telah membantah pendirian kamu Qadariyah, Jabariyah  dan bid'ah-bid'ah kedua golongan ini. Menurut Ibnu Nabatah  seorang ahli penulis kitab "Syahral 'uyun" mengatakan bahwa orang yang mula-mula mengembangkan paham Qadariyah adalah seorang penduduk irak  pada mulanya ia seorang Nasrani kemudian masuk islam dan akhirnya menjdi nasrani lagi. Dari orang ini Ma'bad Al-Juhani dan Ghailan Al-Dimasyqiy  mengambil paham Qadariyah
Namun demikian , meski para pakar  berbeda pendapat  tentang latar belakang kemunculan aliran Qadariyah, para ahli sejarah hampir sepakat  bahwa Ma'bad  Aljuhani adalah orang pertama kali di kalangan  kamu muslimin menyampaikan paham yang menafikan qadar dan kekuasaan  ketuhanan  dan ini terjadi pada masa akhir priode  sahabat. 
Doktrin kaum qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Esa, dalam artian bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat Azaly, seperti ilmu, kudrah dan hayat. Menurut mereka Allah mengetahui semuanya dengan zatNya, dan Allah berkuasa dengan zatNya, serta hidup dengan zat-Nya, bukan dengan sifat-sifat qadimNya tersebut. Mereka juga mengatakan, kalau Allah punya sifat qadim tersebut, maka sama dengan mengatakan bahwa Allah lebih dari satu.

Subscribe to receive free email updates: