FAZLU RAHMAN


RIWAYAT HIDUP FAZLU RAHMAN
Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 di daerah sebelah Barat Laut Pakistan, dan wafat pada tanggal 26 Juli 1988 di Chicago. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berlatar belakang tradisi mazhab Hanafī. Ayahnya seorang ulama tradisional keluaran Deoband, suatu madrasah tradisonal yang kemudian berkembang menjadi perguruan tinggi agama yang sangat terkenal di anak benua India. Sebagai anak seorang ulama, tentu saja secara informal Fazlur Rahman pada banyak berguru kepada ayahnya selama ayahnya tersebut masih hidup, dan secara formal Fazlur Rahman memulai pendidikan menengahnya di madrasah.
Fazlur Rahman melanjutkan pendidikan Universitas Punjab, dan pada tahun 1942, ia meraih gelar MA dalam konsentrasi sastra Arab. Pada tahun 1950 ia meraih gelar doktor dari Universitas Oxford, dan kemudian menjadi guru besar (professor) di universitas tersebut. Selain melakukan studi secara formal, Fazlur rahman juga menempuh studi non formal, terutama dalam mempelajari sejumlah bahasa Barat, misalnya bahasa Barat-Latin, Yunani, Prancis, dan Jerman, serta bahasa-bahasa dunia Islam selain Arab, misalnya bahasa Urdu, Persia, Turki. Dengan demikian, praktis bahwa Fazlur Rahman telah menguasai sekurang-kurangnya hampir sepuluh jenis bahasa.
Setelah menyelesaikan studinya di Orford, Fazlur Rahman tidak segera kembali ke negara asalnya, Pakistan, melainkan ia tinggal di Inggris, dan mengajar di Universitas Durham di negara tersebut. Kemudian pada tahun 1958 ia juga dikukuhkan sebagai guru besar di Institute of Islamic Studies University McGill, Kanada.
Setelah belasan tahun Fazlur Rahman melanglang buana di barat, terhitung sejak studinya di Oxford tahun 1946, maka pada awal dasawarsa tahun 1960-an, ia kembali ke Pakistan. Ketika itu, di Pakistan sedang terjadi perdebatan sengit antara berbagai kelompok Islam konservatif, modernis, dan sekularis dalam menentukan struktur Islam yang relevan untuk Pakistan. Dengan kembali Fazlur Rahman di Pakistan ketika itu, praktis bahwa ia telah turut memberi sumbangsi yang sangat besar terhadap orientasi keislaman negara Islam Pakistan.
Sebagai seorang tokoh, maka Fazlur Rahman menjadi staf senior di Lembaga Riset Islam, dan diangkat pemerintah Ayyub Khan sebagai direktur lembaga tersebut pada tahun 1962. Kemudian menjadi anggota dewan penasehat ideologi Islam Pakistan, tahun 1964-1968. Selain itu Fazlur Rahman juga masih tetap menduduki jabatan penting di negara-negara Barat, yakni sebagai guru besar (profesor) Mc. Gill (Kanada); dan Chicago University (Amerika).
Ketika Fazlur Rahman tidak lagi menjabat Direktur di Lembaga Riset Islam Pakistan, tepatnya pada tahun 1969, maka ia pindah lagi ke Barat dan mengabdi di almamaternya sebagai guru besar yang membina mata kuliah Al-Quran, Filsafat Islam, Tasawuf, hukum Islam, pemikiran politik Islam, modernisme Islam, kajian-kajian al-Ghazāli, kajian Ibn Taymiyah, Kajian Syah Waliyullah, dan Kajian Iqbal. Selain kesibukan mengajar, Fazlur Rahman juga sering diminta lembaga-lembaga pusat studi di negara Barat lainnya.

PEMIKIRAN TEOLOGI FAZLU RAHMAN

Wujud Allah
Fazlur Rahman dalam menerangkan gagasan tentang tuhan dan alam semesta senantiasa mengacu pada Al-Quran sebagai sumber otoritas primer dan senantiasa aktual dan kontekstual dalam setiap masa dan keadaan dimana manusia berada. Menurut Fazlur Rahaman, semeu pernyataan Al-Qur’an tentang alam ataupun tuhan sekalipun pada dasarnya menyatakan tentang keberadaan tentang manusia. Hal ini ditunjukan Al-Qur’an yang dengan tegas menolak untuk menyinggung masalah kekuasaan ilahi dengan mengutip bebera ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa, tuhan maha kuasa sebagai pencipta alam semesta, dan manusia diberi pilihan dan diserahi tanggung jawab. Salah satu fungsi gagasan tentang tuhan adalah menjelaskan keteraturan alam semesta sekaligus bahwa konsep tuhan merupakan bagian dari logika inherin yang harus ada, dengan memberi pernyataan bahwa tuhan bukan saja transenden tetapi juga imanen. Hal ini dibuktikan oleh ayat-ayat Al-Qur’an tentang hubungan seluruh proses dan pristiwa alam kepada tuhan.
Alam Semesta
Menurut Fazlur Rahman, ajaran fundamental islam tentang alam bertumpu pada 3 gagasan sebagai berikut :
a)      Iahwa ia merupakan sebuah kosmos
b)      Ia merupakan suatu tatanan berkembang dan dinamis
c)   Ia bukanlah suatu permainan yang sia-sia tetapi sehingga harus dimanfaatkan sebagai aktivitas yang  mempunyai tujuan
Manusia
Menurutnya, suatu keistimewaan karakteristik manusia adalah makhluk termulia dari seluruh ciptaan tuhan. Dalam pandangan Fazlur Rahman, kenabian dan wahyu itu berdasarkan kepengasihan Allah mengingat ketidak dewasaan manusia dalam persepsi dan motivasi etisnya.
Etika
Mengenaidefenisi etika, sekalipun dalam karyanya Fazlur Rahman tidak secara langsung mengatakan, tetapi melalui pernyataan-pernyataan yang telah diungkapkan dapat dipahami tentang esensi dari pengertian etika. Hal ini didasarkan atas pernyataan yang disampaikan Rahman tentang pernyataan-pernyatan moral yang selalu menuju substansi tika, sebagaimana berikut ini.Etika adalah ilmu kebaikan dan keburukan yang dapat dikatakan sebagai penunjang terlaksananya keinginan-keinginan Manusia dan juga menghalangginya. Manusia yang beretika memandang baik sesuatu di mana ia tidak (mesti) mendapatkan manfaat, kadang-kadang memandang buruk sesuatu apa yang mungkin buruk baginya. Apabila seseorang melihat seorang manusia atau seekor binatang yang terancam bahaya, maka ia memandang sebagai kebaikan bila ia menyelamatkannya walaupun tidak percaya kepada Syari’ah (hukum) dan walaupun ia tidak mengharapkan manfaat duniawi apapun dari perbuatannya itu, dan bahkan hal itu terjadi di suatu tempat dimana tak ada orang yang melihat perbuatannya itu dan memujinya.
Estetika
Estetika adalah kajian berusaha menemukan nilai keindahan, nilai indah dan tidak indah cenderung diterapkan kepada soal seni yang memiliki keluasan objek dan subjek, tergantung suatu hal yang dinilai. Sekalipun secara tidak langsung dikatakan Rahman, namun lewat pernyataannya dapat dipahami pengertian dari estetika. Menurut Rahman, al-Qur’an tidak membuktikan adanya Tuhan, tetapi menunjukkan cara untuk mengenal eksistensi Tuhan, melalui alam semesta yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul dan Rosihun Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung CV Pustaka, 2010)

Subscribe to receive free email updates: