MAKALAH HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF
Diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu: Cecep Hilman, S.Pd.I, M.Pd
Oleh Kelompok I (Satu):
Mochamad Mulya
Rubi Babullah
Siti Rahma
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI
Jl. Lio
Balandongan Sirnagalih (Beugeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Kota
Sukabumi 2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Sukabumi, 04 Oktober 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
Ilmu Kalam lahir setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Diawali dengan permasalahan pengangkatan khalifah yang
selanjutnya setelah Rasulullah, hingga membahas soal jabr (takdir)
yang nantinya di namai dengan kaum Jabariyyah
dan ikhtiyar (free will) yang nantinya di namai dengan
sebutan kaum Qadariyyah. Akhirnya
terpecahlah beberapa aliran yang membahas antara kedua itu dengan dalilnya
masing-masing.
Seiring berjalannya waktu semakin
banyaklah sekte-sekte Islam yang mencoba menerangkan tentang Sifat Tuhan dan
apapun yang berehubungan dengan ketuhanan. Namun sekte-sekte ini mempunyai
metodologi yang berbeda, ada yang menggunakan Filsafat secara mendominasi ada
pula yang tidak memberikan kewenangan berfikir dalam mendalami ilmu kalam ini.
Kajian agama erat
hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga menyangkut fundamental
value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat teologis.
Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal dan
lebih-lebih lagi pendekatan fiqh jauh lebih dominan dari pada pendekatan yang lainnya.
Baik ilmu kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang
Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Perbedaannya terletak pada aspek
metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang menggunakan logika. Pada dasarnya ilmu ini
menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ). Sementara itu, filsafat
adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Dan
metode yang digunakan adalah rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan
rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf
adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan.
1. Apa
definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
2. Dimanakah
titik persamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
3. Dimanakah
titik perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
4. Bagaimana
Relevansi atau hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
1. Mengetahui
definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
2. Dapat
mengetahui letak kesamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
3. Dapat
mengetahui letak perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
4. Dapat
mengetahui kesinambungan atau relevansi antara Ilmu kalam, Filsafat dan
Tasawuf.
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”.
Kata-kata disini di maksudkan adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam
adalah ilmu yang mempermasalahkan kalam Allah, tetapi ada juga sekelompok orang
yang mengatakan maksud kalam disini adalah kata-kata manusia, alasannya karena
dulu sering terjadi ajang bersilat lidah untuk mempertahankan persepsi
masing-masing, mereka disebut mutakalimin
yaitu orang-orang yang ahli berbicara mengenai ketuhanan yang berlandaskan
kepada kalam Allah. Ilmu Kalam membahas iman dan akidah dari berbagai
aspek dan memaparkan alasan-alasan yang memperkuat pembahasan tersebut. Ilmu
kalam ini merupakan studi tentang doktrin (akidah) dan iman Islam. Secara
sederhana Murtadha Muthahhari mendefinisikan bahwa ilmu kalam adalah sebuah
ilmu yang mengkaji doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah pokok Islam. Ilmu
kalam mengidentifikasi akidah-akidah pokok dan berupaya membuktikan
keabsahannya dan menjawab keraguan terhadap akidah-akidah pokok tersebut.
karena sebagian besar perdebatan tentang akidah-akidah Islam berkisar
seputar huduts (kemakhlukan, keterciptaan, temporalitas) atau
qidam (keabadian) firman atau kalam Allah, maka disiplin yang membahas akidah
utama agama Islam pun mendapat sebutan “ilmu kalam” (secara harfiah, ilmu
firman).
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri
dari dua kata yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna
“mencintai” dan shopia mempunyai
makna ”kebijaksanaan atau kebenaran”. Secara singkat filsafat adalah mencintai
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam kebenaran suatu ilmu.
Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab
pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat
Islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian
itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola
pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang
didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam. Tujuan
mempelajari filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan kebijaksanaan.
Sedangkan manfaat mempelajarinya ialah:
a.
Dapat menolong dan menididik,
menbangun diri sendiri untuk berfikir lebih mendalam dan menyadari bahwa Ia
mahluk Tuhan.
b. Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian
untuk melihat dan memecahkan persoalan.
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai
arti ”kain bulu domba yang kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang
sufi selalu menjauhkan diri untuk
memakai kain sutra, karena waktu itu
kain domba merupakan simbol kesederhanaan.
Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan hamzah) yang berarti suci, jernih dan
bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di hadapan Allah SWT melalui latihan
kerohania yang amat dalam yaitu melatih dirinya untuk menjauhi segala sikap dan
sifat yang kotor sehingga tercapai kesucian dan kebersihan pada hatinya.
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang
Muslim berada sedekat mungkin dengan Allah. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih
menekankan rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni
sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Para sufi mengembangkan suatu
cara bagaimana bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan yang hendak
dicapainya adalah kebahagiaan, yakni dengan persatuannya dengan Kekasih.
Kesengsaraan yang memilukan bagi mereka bukanlah masuk Neraka, tetapi apabila
Tuhan telah menjauhi dan tidak mau bicara dengan mereka. Objek
kajian tasawuf adalah Tuhan (Al-Haq), yakni upaya-upaya pendekatan
terhadap-Nya.
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan
objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala
sesuatu yang berkaitan dengannya, objek kajian filsafat
adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu
yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya
pendekatan terhadapnya.Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu
membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Bagi ilmu
kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran.
Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan
yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha
menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak
dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya),
atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai
berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju
Tuhan.
Pada intinya
bahwa ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf memliki kesamaan dalam segi bojek
kajiannya, yaitu tentang Tuhan dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Namun
dalam kajian objek tersebut hanya dibedakan dalam penamaannya saja. Ilmu kalam
dalam objek kajiannya dikenal dengan sebutan kajian tentang Tuhan, sedangkan
dalam filsafat di kenal dengan sebutan kajian tentang Wujud dan dalam ilmu
tasawuf (irfan) dikenal dengan sebutan kajian tentang Al-Haq. Akan tetapi pada
dasarnya ketiga ilmu tersebut mengkaji kajian tentang Tuhan dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan-Nya.
- Ilmu Kalam
Setelah membahas
tentang persamaan dari ketiga ilmu tersebut, yaitu terdapat persamaan dalam
objek kajiannya, maka akan ditemukan juga titik perbedaannya. Perbedaan di
antara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya.
Ilmu kalam, sebagai
ilmu yang menggunakan logika di samping
argumentasi-argumentasi naqliah berfungsi untuk mempertahankan
keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. Pada
dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliah) dikenal juga dengan
istilah dialog keagamaan. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan bahwa
ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran
agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional. Meskipun
ilmu kalam merupakan sebuah disiplin ilmu yang rasional dan logis, namun kalau
dilihat adari asas-asas yang dipakai dalam argumentasinyaterdiri dari dua
bagian, yaitu; Aqli dan Naqli.
Bagian Aqli ini
terbangun dengan dasar pemikiran yang rasional murni, itupun kalau ada
relevansinya dengan Naqli. Karena naqli tersebut adalah untuk
menjelaskan dan menegaskan pertimbangan rasional supaya memperkuat
argumen-argumennya.
- Ilmu Filsafat
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun
adalah metode rasional.
Filsafat menghampiri kebenaran
dengan cara menuangkan akal budi secara radikal (mengakar)dan integral(menyeluruh)serta universal (mengalam); tidak merasa
terikatat oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama
logika. Peranan filsafat sebagaimana
dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha
menjelaskan konsep-konsep the gaining of
conceptual clarity.
Murthadha muthahari
berkata bahwa metode filsafat hanya bertumpu pada silogisme (qiyas),
argumentasi rasional (istidal ‘aqli) dan demonstrasi rasional (burhan
‘aqli).
- Ilmu Tasawuf
Adapun ilmu
tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio. Oleh sebab itu,
filsafat dan tasawuf sangat distingtif atau sangat berbeda. `Sebagai sebuah
ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat subjektif,
yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya, bahasa
tasawuf sering tampak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena
pengalaman rasa sulit dibahasan. Pengalaman rasa lebih muda dirasakan langsung
oleh orang yang ingin memperoleh kebenaranya dan mudah digambarkan dengan
bahasa lambang, sehingga sangat interpretable dapat (di interpretasikan
bermacam-macam).
Sebagian
pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham,
atau inspirasi yang datang dari tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf
dikenal dengan istilah kebenaran hudhuri, yaitu suatu
kebenaran yang objeknya datang dari dalam diri subjek sendiri. Itulah sebabnya
dalam sains dikenal istilah objeknya tidak objektif.
Setelah abad
ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga
ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai
bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan
menekankan penggunanaan semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama
dengan metode yang ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam tetap
menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya
penggunaan dalil naqli juga tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar
itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.
Jadi
Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan akal, ilmu
pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta menunjukkan bahwa
akal dan firman tidak bertentangan satu sama lain. Walaupun orientasinya
bersifat religius, namun isu-isu penting dalam filsafat tidak diabaikan,
seperti waktu, ruang, materi, kehidupan dan masalah-masalah kontemporer.
Menurut
Hasyimah Nasution Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat pengaruhnya satu
sama lain. Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat
membantu memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa
pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam kalam.
Filsafat Islam mengandalkan akal dalam mengkaji objeknya-Allah, Alam dan
Manusia-tanpa terikat dengan pendapat yang ada (pemikiran-pemikiran yang sama
sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relative). Nash-nash agama
hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil temuan akal. Sebaliknya, ilmu kalam
mengambil dalil akidah sebagaimana tertera dalam wahyu, yang mutlak
kebenarannya untuk menguji objeknya – Allah dan sifat-sifatnya, serta hubungan
dengan Allah dengan Alam dan Manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci –
menjadikan filsafat sebagai alat untuk membenarkan nash agama. Seperti
keberadaan Allah, Filsafat Islam mengawali pembuktiannya dengan argumentasi
akal, barulah pembenarannya diberikan oleh wahyu, sementara ilmu kalam mencari
wahyu yang berbicara tentang keberadaan Allah, baru kemudian didukung oleh argumentasi
akal. Walaupun objek dan metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling melengkapi
dalam memahami Islam dan pembentukan akidah Muslim.
Sedangkan
Tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan untuk semakin mendekatkan
diri kepada Allah terbagi ke dalam dua bagian, yakni Tasawuf Amali/Akhlaqi dan
Tasawuf Falsafi (Ibn Arabi dan
Al-Hallaj). Dari pengelompokkan ini tergambar adanya unsur-unsur filsafat dalam
ajaran tasawuf, seperti logika dalam penjelasan maqomat (al-fana-al-baqa,
ittihad, hulul, wahdat al-wujud).
M.T. Mishbah Yazdi. Buku
Daras Filsafat Islam halaman Tasawuf Falsafi yang biasanya juga disebut dengan
irfan yakni secara teknis diterapkan pada persepsi-persepsi khas yang ditangkap
melalui pemusatan perhatian relung terdalam jiwa dan tidak melalui pengalaman
inderawi dan rasional. Irfan sejati diperoleh semata-mata melalui keterikatan
Allah dan ketaatan kepada segenap perintah-Nya. Keterikatan tanpa pengetahuan
mustahil adanya, dan pengetahuan ini mesti bersandar pada sejumlah prinsip filsafat.
Penyingkapan dan visi irfan memunculkan masalah-masalah baru untuk diuraikan
dan dikupas tuntas oleh filosof, dan memperluas cakrawala pandang filsafat.
Dalam pemecahan berbagai masalah dalam ilmu-ilmu kefilsafatan, visi-visi irfan
bisa dianggap sebagai pendamping. Banyak hal yang terbukti secara rasional
dalam filsafat, terungkap pula melalui penglihatan kalbu.
Kajian-kajian
Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan
kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga
bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan
roh itu pun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan
tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan
adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang
mempermasalahkan kalam Allah, Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri
dari dua kata yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna “mencintai” dan
shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran” Samsul Munir menuliskan
dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari
kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain
bulu domba yang kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi
selalu menjauhkan diri untuk
memakai kain sutra, karena waktu itu
kain domba merupakan simbol kesederhanaan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama
yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran
tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum
atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di
atas jangkauanya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan
metodenya yang tipikai berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan
perjalanan spritual menuju Tuhan.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi ya ng menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena keterbatasannya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.
Hasyim Syah Nasution. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media
Pratama.
Murtadha, Muthahari. 2003. Pengantar ilmu-ilmu Islam. Jakarta:
Zahra Pustaka.
Yazdi, Muhammad Taqi Misbah. 2003. Buku
Daras Filsafat Islam, (Terj. Musa Kazim & Saleh Bagir). Bandung:Mizan.
Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat Islam (Suatu
tinjauan sejarah tentang hubungan ketinganya). Al-AdYaN. Vol. VII, No. 2. Juli-Desember 2012.
Ini ga ada foot note nya ys
ReplyDelete