SUFYAN TSAURI
“Sufyan Ats Tsauri
adalah pemimpin dan gurunya para ulama Islam. Sufyan
rahimahullah adalah seorang yang mempunyai kemuliaan, sehingga dia tidak butuh
dengan pujian. Selain itu, ia juga seorang yang bisa
dipercaya, mempunyai hafalan yang kuat, berilmu luas, wara’ dan zuhud“
(al Hafidz Abu Bakar
al Khatib rahimahullah)
Sufyan ats Tsauri
Ia merupakan ulama masyhur yang banyak
dikenal pada masanya hingga saat ini, bukan hanya ditinjau dari keilmuan yang
dimiliki, tetapi juga kejujuran, kecerdasan, sifat wara’, kehati-hatian, serta
kepribadian yang zuhud. Pada tahun 77 H bertempat di Kuffah lahirlah seorang
anak yang nantinya menjadi sosok ulama besar. Sufyan bin Said bin Masruq bin
Rafi’ bin Abdillah merupakan nama asli dari sufyan ats tsauri.
Sufyan banyak belajar dari ayahnya Said
bin Masruq ats Tsaur, yang juga ahli hadis ternama pada masanya bersama kedua
temannya Sya’bi dan Khaitsamah bin Abdirrahman. Keduanya termasuk para perawi
Kufah yang dapat dipercaya. Mereka adalah termasuk generasi Tabi’in.
Bermula dari ayahnya, Sufyan banyak
menyerap ilmu-ilmu dan dikembangkan dengan belajar pada orang lain yakni para
guru-gurunya sehingga mencapai kemampuan berfikir yang tinggi dalam bidang
hadis dan teologi. Terdapat pendapat yang mengemukakan Sufyan juga melahirkan
sebuah mazhab yang bertahan selama dua abad.
Perjalanan Pendidikan Sufyan
Ats tsauri
Sufyan berguru kepada banyak ulama.
Sufyan meriwayatkan hadis dari ayahnya, Abu Ishaq Asy-Syaibani, Abdul Malik bin
Umair, Abdurrahman bin ‘Abis bin Rabi’ah, Ismail bin Abu Khalid, Salamah bin
Kuhail, Tharik bin Abdirrahman, Al-Aswad bin Qais, Bayan bin Bisyr, Jami’ bin
Abi Rasyid, Habib bin Abi Tsabit, Husain bin Abdirrahman, al A’masy, Manshur,
Mughirah, Hammad bin Abi Sulaiman, Zubaid al Yami, Shaleh bin Shaleh bin Haiyu,
Abu Hushain, Amr bin Murrah, ‘Aun bin Abi Jahifah, Furas bin Yahya, Fathr bin
Khalifah, Maharib bin Datsar, dan Abu Malik al Asyja’i.”
Sufyan juga meriwayatkan dari
guru-gurunya di Kufah, di antaranya Ziyad bin Alaqah, ‘Ashim al Ahwal, Sulaiman
at Tamimi, Hamaid ath Thawil, Ayyub, Yunus bin Ubaid, Abdul Aziz bin Rafi’, al
Mukhtar bin Fulful, Israil bin Abi Musa, Ibrahim bin Maisarah, Habib bin asy
Syahid, Khalid Al-Hadza’, Dawud bin Abi Hind, dan Ibnu ‘Aun.
Di samping itu, Sufyan juga meriwayatkan
hadis dari sekelompok perawi hadis dari Bashrah, yaitu Zaid bin Aslam, Abdullah
bin Dinar, Amr bin Dinar, Ismail bin Umayyah, Ayyub bin Musa, Jabalah bin
Sakhim, Rabi’ah, Saad bin Ibrahim, Sima budak Abu Bakar, Suhail bin Abi Shaleh,
Abu az Zubair, Muhammad, Musa bin Uqbah, Hisyam bin Urwah, Yahya bin Said al
Anshari, dan sekelompok orang dari Hijaz dan daerah lainnya.
Kecerdasan, dan ketelitian, serta
hafalan Sufyan yang kuat menjadikan sebagian besar ulama menyetarakan
kemampuannya dengan para imam fikih, yakni Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal. Selain itu ia juga
mendapat gelar Amirul Mukminin fil Hadis.
Banyak ulama yang kemudian meriwayatkan
dari Sufyan ats Tsauri yang di antaranya ada Ja’far bin Burqan, Khusaif bin
Abdurrahman, Ibnu Ishaq dan yang lain. Mereka ini adalah tergolong guru-guru
Sufyan ats Tsauri yang meriwayatkan darinya.
BACA JUGA: RABI'AH AL-ADAWIYAH
Sedangkan murid-murid Ats Tsauri yang
meriwayatkan hadis darinya, yaitu Aban bin Taghlab, Syu’bah, Zaidah, Al-Auza’i,
Malik, Zuhair bin Muawiyah, Mus’ar dan yang lainnya. Mereka ini adalah
orang-orang yang hidup sezaman dengannya. Di antara murid-muridnya lagi
ada Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Said, Ibnu al
Mubarak, Jarir, Hafsh bin Ghayyats, Abu Usamah, Ishaq al Azraq, Ruh bin Ubadah,
Zaidah bin al Habbab, Abu Zubaidah Atsir bin Al-Qasim, Abdullah bin Wahab,
Abdurrazzaq, Ubaidillah al Asyja’i, Isa bin Yunus, al Fadhl bin Musaa as
Sainani, Abdullah bin Namir, Abdullah bin Dawud al Khuraibi, Fudhail bin Iyadh,
dan Abu Ishaq al Fazari.
Selain yang disebutkan di atas
murid-muridnya yang lain ada Makhlad bin Yazid, Mush’ab bin al Muqaddam, al
Walid bin Muslim, Mu’adz bin Mu’adz, Yahya bin Adam, Yahya bin
Yaman, Waki’, Yazid bin Nu’aim, Ubaidillah bin Musa, Abu Hudzaifah an
Nahdi, Abu ‘Ashim, Khalad bin Yahya, Qabishah, al Faryabi, Ahmad bin Abdillah
bin Yunus, dan Ali bin al Ju’di, Ali bin al Ju’di ini merupakan perawi tsiqat (terpercaya)
paling akhir yang meriwayatkan hadis dari Sufyan ats Tsauri.
Pengalaman Spiritual Sufyan ats Tsauri
Sufyan ats Tsauri yang bermukim di
Makkah selama tiga tahun suatu hari menyaksikan seorang pria penduduk setempat
mengunjungi Masjidil Haram. Pria ini melaksanakan thawaf, sembahyang dua
rakaat, lantas mengucapkan salam kepada ulama kelahiran Kufah itu, sebelum
akhirnya pulang ke rumahnya.
Pristiwa yang ternyata rutin terjadi
saban siang membuat Sufyan menaruh rasa kagum dan simpati kepadanya. Sufyan pun
berulang kali mendatanginya hingga suatu saat, pria ahli ibadah tersebut jatuh
sakit dan seperti hendak menemui ajal.
Ia pun memanggil Sufyan ats Tsauri dan
berwasiat, “Apabila aku mati, mandikanlah aku dengan tanganmu sendiri,
shalatkan, lalu kuburkan. Dan jangan kau tinggalkan aku sendirian di kuburan
malam itu. Bacakan talqîn (tuntunlah) aku tentang tauhid dalam
menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.”
Sufyan dikenal tak hanya sebagai ulama
yang berpengetahuan sangat luas, tapi juga pribadi yang wara’, zuhud, dan teguh
dalam memegang janji. Dan Sufyan mengiyakan semua pesan yang disampaikan
sahabat karibnya tersebut.
Ketika pria ahli ibadah itu wafat,
Sufyan mulai melaksanakan wasiat satu per satu, termasuk rela bermalam di
sebelah kuburan sang sahabat. Dalam kesunyian itulah, ia memperoleh pengalaman
spiritual yang tak disangka-sangka.
Menurut penuturan Sufyan ats Tsauri
sendiri sebagaimana direkam kitab an Nawadir karya Ahmad
Syihabuddin al Qalyubi, kala itu antara tidur dan terjaga, Sufyan tiba-tiba
mendengar suara asing dari atas, “Wahai Sufyan, pria ini tak membutuhkan
penjagaanmu, talqînmu, juga hiburanmu. Kamilah yang akan menghibur dan
menuntunnya.”
“Dengan apa?”
“Dengan puasa Ramadan yang disambung
puasa enam hari pada bulan Syawal,” jelas suara itu.
Sufyan bangun, membuka mata dan tak ia
dapati siapa pun di sekelilingnya. Ia berwudhu lalu menunaikan shalat. Saat
tidur kembali, suara itu hadir lagi. Begitu seterusnya sampai berulang tiga
kali. Sufyan pun mantap bahwa apa yang ia alami berasal dari Allah, bukan dari
setan.
Ia lantas meninggalkan kuburan pria ahli
ibadah tersebut dengan tenang dan berdoa, “Allâhumma waffiqnî li shiyâmi
dzâlik bi mannika wa karamika, âmîn (Ya Allah, berikanlah aku taufiq
untuk menjalankan puasa itu atas anugerah dan kemuliaan-Mu. Amin).”
BACA JUGA: HASAN AL-BASHRI
Wafatnya Sufyan ats Tsauri
Adz Dzahabi berkata, “Menurut pendapat
yang benar, Sufyan meninggal pada bulan Sya’ban tahun 161 H. al Waqidi juga
mengatakan demikian, sedangkan Khalifah al Mahdi (yang saat itu berkuasa)
meragukannya dan menganggap bahwa Sufyan meninggal pada tahun 162 H. Ia
meninggal dalam pelariannya dari khalifah lalim, al Mahdi yang memaksanya menjadi
hakim kekhalifaan.
Sufyan rahimahullah memberikan
wasiat kepada Abdurrahman bin Abdul Malik, agar menyalatinya. Ketika ia
meninggal, Abdurrahman pun memenuhi wasiatnya tersebut dengan menyalatinya
bersama penduduk Bashrah. Mereka telah menjadi saksi meninggalnya Sufyan.
Abdurrahman bin Abdul Malik bersama Khalid bin al Haritsah dan dibantu penduduk
Bashrah menguburkan Sufyan. Setelah acara pemakaman selesai, dia bergegas ke
Kufah dan memberitahu keluarga Sufyan perihal meninggalnya sang ulama besar
hadis.
Karya-Karya Sufyan ats Tsauri
Sufyan Ats Tsauri merupakan ulama yang
produktif, dia sudah menulis beberapa karya penting dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan agama, antara lain, Al Jami’ul Kabir fil Fiqhi wal Ikhtilaf, Al
Jami’ush Shaghir, dan Kitabut Tafsir.
Penilaian Para Ulama
Di kalangan ulama, Sufyan Ats Tsauri
adalah salah seorang yang mendapat penilaian istimewa dan diakui, beberapa
penilaian tersebut antara lain terekam dari beberapa tokoh kenamaan, seperti
Abdurrahman bin Mahdi dan Yahya bin al Qaththan. Keduanya
mengatakan, “Aku tidak melihat orang yang lebih pandai mengenai hadis melebihi
Sufyan Ats Tsauri”. Yahya bin Ma’in mengatakan, “Tidak ada yang
lebih tahu mengenai hadis yang diriwayatkan dari Abu Ishaq yang melebihi
pengetahuan Sufyan; demikian pula mengenai hadis dari jalur Manshur, tidak ada
yang lebih tahu daripada Sufyan”.
Ibnu Uyainah juga bersaksi, “Ahli hadis
itu ada tiga, Ibnu Abbas pada zamannya, asy Sya’bi pada zamannya, dan ats
Tsauri pada zamannya”. Selain itu, Syu’bah, Abu Ashim, dan Ibnu Ma’in menyebutkan, “Sufyan ats Tsauri
adalah seorang pemimpin orang-orang mukmin dalam bidang hadis.”
REFERENSI
·
Disarikan dari berbagai sumber oleh Nazhatuz Zamani
0 Response to "SUFYAN TSAURI"
Post a Comment