TOKOH PEMBAHARU KALAM KONTENPORER


MAKALAH ILMU KALAM
TOKOH PEMBAHARU KALAM KONTENPORER

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melipahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “ Aliran-Aliran dalam Ilmu Kalam Kontemporer ( Hasan Hanafi dan Ismail Faruqi) “. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Yang akan memberikan manfaat dikemudian hari guna kemajuan ilmu pengetahuan.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan serta dapat memberikan informasiyang bermanfaat untuk pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamiin. 
A.    Latar Belakang
Ajaran Islam, yang sumber ajarannya berasal dari Al-qur’an dan sunnah Nabi, diyakini oleh umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang diproduksi oleh perputaran zaman. Pada dasarnya Islam itu satu, tetapi pada kenyataannya bahwa tampilan Islam itu beragam, karena lokasi penampilannya mempunyai budaya yang beragam, perubahan jaman telah membawa budaya dan teknologi yang berbeda-beda. Misalnya, ada komunitas yang senang menampilkan Islam dengan pemerintahan kerajaan, ada pula yang senang pemerintahan republik. Bahkan, ada yang ingin kembali ke pemerintah bentuk khilafah Ada yang terikat dengan teks Al-Qur’an dan Hadis dalam memahami ajaran Islam. Tidak bisa dihindari lagi, semua merasa pemikirannyalah yang paling benar antara sesama Muslim yang terjadi dimana-mana dalam rangka menampilkan Islam. Tampaknya, pemahaman itu utuh, pesan ketuhanan dapat ditangkap, fanatik buta dapat diredam, sejarah tampilan ajaran Islam dari waktu ke waktu perlu dicermati.
Dengan cara ini proses terselengaranya syariat Islam di masa Nabi dan generasai-generasi berikutnya dapat dipahami. Alasan kebijakan para tokoh Islam untuk maksud ini pun dapat dimengerti. Dalam era kontemporer ini kemudian teraktualisasi perdebatan kalam dikalangan tokoh modernis. Di antara tokoh yang ada di era kontemporer ini adalah Ismail Al-Faruqi dan  Hasan Hanafi. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang ilmu kalam masa kini tentang pemikiran tokoh yang telah disebutkan di atas.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pemikiran ilmu kalam kontemporer?
2.      Siapakah tokoh-tokoh pemikiran ilmu kalam kontemporer?
3.      Bagaimana sejarah perkembangan ilmu kalam kontemporer?
4.      Apa saja pendekatan pemikiran ilmu kalam kontemporer?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pemikiran ilmu kalam kontemporer
2.      Mengetahui tokoh-tokoh pemikiran ilmu kalam kontemporer
3.      Memahami sejarah perkembangan ilmu kalam kontemporer
4.      Memahami pendekatan pemikiran ilmu kalam kontemporer


PEMBAHASAN

A.    Pemikiran Ilmu Kalam Kontemporer
Pemikiran kalam kontemporer merupakan gabungan dari pemikiran pada masa klasik seperti pemikiran yang dikemukakan berbagai golongan aliran seperti Khawarij, Jabariyah dan sebagainya yang masih bisa dipakai sesuai perkembangan zaman yang berlaku dengan pemikiran pada masa modern seperti pemikiran Syekh Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, dsb. Gabungan pemikiran ini terlahir pada saat umat Islam dalam masa kemunduran sehingga ketika pemikiran Syekh Muhammad abduh terpublikasi, banyak orang yang tersadar akan monotonnya perkembangan pemikiran yang memotivasi dan menimbulkan berbagai perubahan dalam cara pandang umat islam.

B.     Tokoh-Tokoh Ulama Modern Pemikiran Ilmu Kalam 
   1. Sayyid Ahmad Khan

Sayyid ahmad khan lahir di Delhi pada tahun 1817.menurut suatu keterangan,ia berasal dari keturunan Husein,cucu nabi Muhammad,melalui fatimah dan ali.Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa akal bukanlah segalanya dan kekuatan akal pun terbatas.ia mempunyai faham yang sama dengan faham qodariyah.menurutnya,manusia telah dianugrahi tuhan berbagai macam daya berpikir berupa akal,dan daya fisik untuk merealisasikan kehendaknya.Ia menentang keras faham Taqlid,sebagai konsekuensi dari penolakannya terhadap taqlid,khan perlu memandang perlu diadakannya ijtihad-ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran islam dengan situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.
Dapat disimpulkan pemikiran-pemikiran Sayyid Ahmad Khan,antara lain:
a. Kedudukan akal. Akal bukanlah segalanya dan kekuatan akal pun terbatas.
b. Kebebasan manusiaManusia bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatan.
c. Sayyid Ahmad Khan menolak adanya taqlid menolak adanya hukum alam.
    2 Ismail Al-Faruqi

         Ismail Raji Al-Faruqi, lahir pada tanggal 1 januari 1921 di Jaffa Palestina. Pendidikan dasarnya  di mulai di madrasah, lalu pendidikan menengah di College des Freres St. Joseph, dengan bahasa pengantar Perancis. Pada tahun 1941, Al-Faruqi mengambil kuliah filsafat di American University, Beirut. Setelah tamat dan meraih gelar Bachelor of Arts. Ia kemudian bekerja sebagai pegawai negeri sipil pada pemerintahan Inggris yang memegang mandate atas Palestina ketika saat itu selama empat tahun. Karena kepemimpinannya menonjol, pada usia 24 tahun, ia diangkat menjadi Gubernur Galilea.
                 Pada  tahun 1948, Palestina dijarah Israel dan Faruqi, seperti warga Palestina lainnya, terusir dari tanah kelahirannya. Ia tercatat sebagai  Gubernur Galilea terakhir yang berdarah Palestina. Setelah setahun menganggur, pada tahun berikutnya, 1949, Faruqi hijrah ke AS untuk melanjutkan kuliahnya. Ia mendapat gelar Master Filsafat dari Universitas Indiana. Dua tahun kemudian, gelar  master filsafat kembali ia raih dari Universitas Harvard.
                 Di Harvard inilah pengalaman mengajarinya, yakni belajar tanpa dukungan finansial itu sulit. Biaya kuliah yang tinggi di AS mengharuskannya untuk bekerja. Dengan uang US$1.000 (dari American Council of Learned Sociates hasil dari menerjemahkan dua buku Bahasa Arab) ia memasuki bisnis konstruksi. Dengan menspesialisasikan diri pada bangunan rumah, kesempatan untuk menjadi kaya semakin  terbuka baginya.
            Akan tetapi hasrat dan bakat bisnis itu ditepisnya. Faruqi memilih kembali ke Universitas Indiana pada 1952 ia meraih gelar Ph.D filsafat dengan desertasi berjudul On Justifiying the God:Metaphysics and Epistemology of Value.
            Merasa kurang pengetahuannya mengenai Islam walaupun sudah bergelar doctor Faruqi lalu pergi ke Mesir selama tiga tahun, ia menyelesaikan pascasarjana di Al-Azhar. Karena kuat dorongan belajarnya itu pulalah, Faruqi memenuhi undangan Wilfred C.Smith untuk bergabung dengan Institut of Islamic Studies di Universitas  McGill, Canada. Ia disana  selama dua tahun, yaitu pada 1959-1961. Selain mengajar, ia mempelajari etika yahudi dan Kristen.
            Pada tahun 1964, Faruqi kembali ke AS. Pertama-tama yang dia kerjakan adalah menjadi guru besar tamu pada Universitas Chicago danAssociate  professor bidang agama pada Universitas Syracuse. Lalu pada tahun 1968 hingga wafatnya ia menjabat guru besar agama pada Universitas Temple. Bersamaan itu juga ia menjabat sebagai professor studi keislaman pada Central Institute of Islamic Research, Karachi.  Pemikiran Al-Faruqi tentang kalam dapat ditelusuri melalui karyanya yang berjudul, Tahwid : Its Implications for Thought and Life (Edisi Indonesianya berjudul Tuahid). Sesuai dengan judulnya, buku ini mengupas hakikat tauhid secara mendalam. Al-Faruqi menjelaskan hakikat tauhid sebagai berikut.
  1.    Tauhid Sebagai Inti Pengalaman Agama
  2.    Tauhid Sebagai Pandangan Dunia
  3.    Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang, dan waktu,          sejarah manusia, dan takdir.
  4.     Tauhid Sebagai Intisari Islam
  5.     Tauhid Sebagai Prinsip Sejarah
  6.     Tauhid Sebagai Prinsip Pengetahuan
  7.    Tauhid Sebagai Prinsip Metafisika
  8.    Tauhid Sebagai Prinsip Etika
  9.    Tauhid Sebagai Prinsip Ummah
  10.    Islam Sebagai Prinsip Tata Sosial
  11.    Tauhid Sebagai Prinsip Keluarga
  12.    Tauhid Sebagai Prinsip Tata Politik
  13.    Tauhid Sebagai Prinsip Tata Ekonomi
  14.   Tauhid sebagai prinsip estetika.

  3. Hasan Hanafi
   


Hanafi dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1935 di Kairo. Ia berasal dari keluarga musisi. Pendidikannya diawali pada tahun 1948 dengan menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan melanjutkan studinya di Madrasah Tsanawiyah Khalil Agha, kairo yang diselesaikannya selama empat tahun. Semasa di Tsanawiyah, ia aktif mengikuti dislusi kelompok Ikhwan Al-Muslimin. Oleh karena itu, sejak kecil ia telah mengetahui pemikiran yang dikembangkan kelompok itu dan aktivitas sosialnya. Hanafi tertarik juga untuk mempelajari pemikiran Sayyid Qutb tentang keadilan dalam Islam. Ia berkonsentrasi untuk mendalami pemikiran agama, revolusi, dan perubahan sosial.
Dari sekian banyak tulisan atau karya Hanafi,  merupakan salah satu puncak sublimasi pemikirannya semenjak revolusi 1952. Kiri Islam, meskipun baru memuat tema-tema pokok dari proyek besar Hanafi, karya ini telah memformulasikan satu kecenderungan pemikiran yang ideal tentang bagaimana seharusnya sumbangan agama bagi kesejahteraan umat manusia.
b.      Pemikiran Kalam Hasan Hanafi
            a.  Kritik Terhadap Teologi Tradisional
            b.  Rekonstruksi Teologi.
     4. H. M Rasyidi

Dalam konteks pertumbuhan kajian akademik Islam di Indonesia, orang akan sulit mengesampingkan H. M Rasyidi, lembaga lulusan pendidikan Islam di Mesir yang melanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh pengalam mengajar di Kanada. Ia adalah orang Indonesia memperoleh tidak hanya perkenalan, tetapi juga penyerapan ramuan-ramuan intelektual dari gudang oreantalis. Dialah yang berpengaruh dalam usaha pengiriman para lulusan IAIN  atau sarjana lain ke Montreal sehingga banyak  orang yang benar-benar berterima kasih padanya.
b.      Pemikiran Kalam H. M Rasyidi
                a. Tentang Perbedaan Ilmu Kalam dan Teologi
                b. Tema-Tema Ilmu Kalam
                c.  Hakikat Iman.

  5.   Harun Nasution


Harun Nasution lahir pada hari selasa 23 september  1919 di Sumatera. Ayahnya, Abdul Jabar Ahmad, adalah seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab Jawi. Pendidikan formalnya dimulai di sekolah HIS. Setelah tujuh tahun di HIS, ia meneruskan ke MIK (modern islamietische kweekschool) di Bukittinggi pada  tahun 1934. Pendidikannya lalu diteruskan di Universitas Al-Azhar, Mesir. Sambil kuliah di Al-Azhar, ia kuliah pula di Universitas Amerika di Mesir. Pendidikannya lalu di lanjutkan di Mc. Gill, Kanada, pada tahun 1962.
Harun Nasution adalah figur sentral dalam semacam jaringan intelektual yang terbentuk dikawasan IAIN Ciputat sejak paruh kedua dasarwasra 70-an. Sentralitas Harun Nasution didalam jaringan itu tentu saja banyak ditopang oleh kapasitas intelektualnya, dan kemudian oleh kedudukan formalnya sebagai rektor sekaligus salah seorang pengajar di IAIN. Dalam kapasitas akhir ini, ia memegang beberapa mata kuliah terutama menyangkut sejarah perkembangan pemikiran yang terbukti menjadi salah satu sarana awal menuju pembentukan jaringan anatara Harun Nasution dan mahasiswa-mahasiswanya. 
Pemikiran Kalam Harun Nasution
a. Peranan Akal
b. Pembaharuan Teologi
c. Hubungan Akal dan Wahyu


                                                              PENUTUP 
A.    KESIMPULAN
Pemikiran kalam kontemporer merupakan gabungan dari pemikiran klasik yang masih relevansi dan sesuai dengan perkembangan zaman dengan pemikiran modern yang baru dikemukakan oleh para tokoh-tokoh guna memberikan kontribusi bagi kemajuan umat Islam yang semakin lemah dan kurang termotivasioleh karena kemunduran yang dialami umat Islam.

B.     SARAN
         Adapun saran dalam  penulisan  makalah ini yaitu agar dapat menggunakan makalah ini sebagaimana mestinya sehingga dapat memberikan manfaat yang diharapkan. Dan para pembaca dapat mengetehui penjelasan mengenai perkembangan ilmu kalam kontemporertersebut. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaannya makalah ini.















DAFTAR PUSTAKA

Nasution Harun. 1986. Teologi Islam. Jakarta:UI-press
Karman M dan Supoana. 2009.Materi pendidikan agama islam. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Abduh  Muhammad. 1965. Risalah Tauhid. Jakarta:Bulan Bintang


























Subscribe to receive free email updates: